Tuesday, February 06, 2007

Banjir Ciledug (part 1)

Dua kali aku mengalami tinggal di kota yang tertimpa bencana. Dulu di Yogya terkena gempa dan sekarang di Ciledug terkena banjir. Meski aku tinggal di Ciledug, Alhamdulillah rumahku tidak terkena banjir.

Aku masih ingat, hari Kamis 1 Februari 2007, aku berangkat ngajar pake jas hujan karena hujan cukup deras. Sepanjang perjalanan dari rumah sampai Khadijah Islamic School (KIS), minimal gerimis yang kutemui. Sampai KIS penjaga sekolah bertanya, "Di jalan hujan ya Pak? Kok pake jas hujan". Kujawab, "Ya, hujan deras banget". Eh dia nambahin dengan agak tidak percaya, "Kok di sini ga hujan ya?". Dengan agak sewot kubalas, "Lha lihat aja, motor dan jas hujanku kan basah kuyup". Aku agak kesal dengan obrolan ini, sudah jelas aku pake jas hujan, kok masih ditanya apakah di jalan hujan. Apa aku sudah gila, naik motor pake jas hujan padahal ga turun hujan?

Pas aku ngajar, hujan turun cukup deras. Jam 14an, aku pulang. Cuaca saat itu mendung banget. Jalanan becek, akibat hujan tadi. Di Bintaro, air menggenang di ruas jalan. Aku naik motor ekstra hati-hati demi menjaga sepatuku tetap kering.

2 Km dari rumah aku melewati jembatan kecil. Kulihat air sungainya meluap. Aku pikir hal ini biasa di sungai itu, jadi tetap aja kutembus air luapannya. Yang terjadi kemudian, aku terseret luapan air sungai yang tingginya sampai menutup setengah tinggi motorku. Mesin motorku mati dan aku bersusah payah melawan arus luapan air sungai yang cukup deras. Alhamdulillah, mesin motorku mau menyala kembali. Berhasil melewati air luapan sungai, aku baru sadar kalau banyak orang yang sudah menutup jalan ke arah jembatan yang kulalui. Mereka hanya melihatku. Mungkin mereka berfikir aku gila karena berani melewati air luapan sungai itu karena pengendara yang lain balik arah semua.

Aku bersyukur kepada Allah untuk tidak mengalami hal-hal buruk sepanjang perjalanan pulang. Aku tidak gila. Aku hanya ingin cepat sampai rumah dan tidak sempat berfikir bahwa meluapnya air sungai itu bukan hal yang biasa terjadi. Sampai rumah, yang terjadi dengan sepatuku adalah basah sebasah-basahnya :)

Sore hari, Istriku bersama Bapak mertua pulang lewat dari waktu biasanya. Ternyata sepanjang jalan Ciledug Raya penuh dengan banjir dadakan. Sampai malam hari jalan depan rumahku macet, penuh dengan orang-orang yang mencari jalan pulang alternatif.

Jumat, hari diawali dengan hujan deras. Di TV mulai menayangkan Banjir Jakarta dan Sekitarnya. Istriku sudah memutuskan tidak mau berangkat kerja. Jam 10, Bapak mertua ditelefon ada keadaan darurat di kantor. Bapak berusaha berangkat, tapi terhadang banjir di mana-mana. Akhirnya Bapak kembali pulang.

Jam 10an, sambungan telepon seluler bermasalah. Meski ada sinyal, tapi sms maupun panggilan tidak bisa dilakukan.

Jam 11, hujan mereda. Sholat Jumat di masjid daerahku disambung dengan sholat Taubat. Menurut Khotib, seumur-umur beliau belum pernah lihat Ciledug kebanjiran. Beliau berkata, jangan-jangan air tidak mau mengalir karena tertahan dosa-dosa kita. Sebuah kalimat yang perlu kita renungkan bersama.

Jam 15, aku memutuskan untuk tidak berangkat nentor di Primagama karena menurut beberapa info, jalan menuju ke Primagama tidak bisa dilewati. Aku sudah berusaha membatalkan jadwal nentor ini. Tapi karena sambungan telefon bermasalah, dari jam 11 sampai jam 16 aku belum berhasil mengkonfirmasi ke Primagama. Akhirnya jam 1615 Primagama menelefon ke telefon rumah untuk memastikan kedatanganku.

Jumat malam, hujan kembali membasahi bumi Ciledug.

Sabtu, cuaca cerah meski gerimis terkadang menetes juga. Aku dan Istri harus kondangan ke sahabat Istriku, Lenny. Lenny bercerita bahwa hari pernikahannya betul-betul menyedihkan. Listrik di daerah rumah Lenny sudah padam sejak Kamis siang. Saudara banyak yang tidak bisa datang karena terhadang banjir. Cari pinjaman diesel susah sekali meski akhirnya dapat.

Aku berfikir bahwa pernikahan Lenny ini penuh dengan kerja keras. Listrik ga ada, air bersih juga ga ada. Ga terbayang betapa sedihnya Lenny di hari paling bahagianya.

To Be Continue ...

--
Iffan Arzanul Haq
Check http://arzanulhaq.blogspot.com for more about me.

0 comments:

Blogger template 'Fundamental' by Ourblogtemplates.com 2008.

Jump to TOP

Blogger templates by OurBlogTemplates.com