Tuesday, April 29, 2008

Ubuntu Hardy Heron dan dilema DVD Repositori

Ubuntu 8.04 (Hardy Heron) resmi dirilis 24 April 2008 kemarin. Hardy Heron memberikan sejarah tersendiri bagiku sebagai Ubuntu tercepat yang kucicipi dari tanggal rilisnya. Aku resmi menggunakan Hardy Heron satu hari setelah tanggal rilisnya berkat internet di sekolah.

Jum'at 25 April 2008, di sekolah ada MaBIT (Malam Bina Iman dan Taqwa). MaBIT dimulai hari Jum'at jam 1700 sampai Sabtu esok harinya jam 0800. Moment ini tentu tidak aku sia-siakan. Dari Jum'at pagi jam 9an aku sudah download iso Ubuntu 8.04 alternate dari sini. Download selesai sekitar jam 16 dan aku mulai install Hardy jam 17. Alasan download iso Hardy dari sini karena servernya ada di Indonesia sehingga (harapannya) proses download akan cepat.

Kok pilih yang alternate bukan yang live cd?
Karena yang alternate bisa di "sudo apt-cdrom add" plus yang live cd sudah dalam proses pengiriman (request ubuntu cd via shipitku disetujui dua hari sebelumnya).

Katanya Kubuntu (Xubuntu) mania, kok yang didownload Ubuntu?
Karena Ubuntu adalah dasar dari Kubuntu dan Xubuntu, maka bagiku cukup penting untuk melihat ada perubahan apa saja yang sudah terjadi padanya. Belum tentu kok aku akan selalu menggunakan ubuntu dengan banyaknya godaan dari KDE dan XFCE.

Begitu Ubuntu selesai diinstall, hal pertama yang ku "sudo apt-get install" adalah k3b karena itu aplikasi penting yang kuingat waktu itu. Setelah itu aku menginstal dpkg-dev, xubuntu-desktop dan kubuntu-desktop, sekalian biar puas cicipi semuanya aja :D meski ini sebaiknya tidak dilakukan.

Ngapain rakus banget ngembat KDE, GNOME, dan XFCE?
Karena aku menggunakan komputer yang kuinstall Ubuntu itu sebagai reponya komputer yang kugunakan di rumah. Aku mendownload semua paket yang kuperlukan untuk komputer di rumah via komputer "korban" tersebut. Setelah proses "sudo apt-get install" selesai, semua packages yang ada di "/var/cache/apt/archives" kucopy ke flashdisk dan kutaruh di folder localrepo di komputer rumah lalu ku "sudo dpkg-scanpackages" sehingga aku punya repo untuk Ubuntuku.

Oh ya, hari itu ketika "sudo apt-get install" aku sering mengalami gangguan karena server repository "http://id.archive.ubuntu.com/ubuntu/" memberikan kabar bahwa banyak package yang tidak tersedia di sana. Masalah ini selesai setelah aku menambahkan repository "http://kambing.vlsm.org/ubuntu/" di file /etc/apt/sources.list.

Adanya internet di sekolah memberikan kebahagiaan tersendiri. Aku bisa merasakan enaknya "sudo apt-get install" seperti kebanyakan pengguna Ubuntu di belahan dunia lainnya. Adanya internet juga memberikan dilema tersendiri, haruskah aku ikut-ikutan memesan DVD repo, yang sedikitnya menguras uang 50 ribu rupiah (dan aku punya semua packages Ubuntu meski belum tentu semuanya kupakai) atau aku tetap seperti saat ini?

Ga perlu waktu lama, akhirnya aku kembali ke Kubuntu

See U soon.

Joe Satriani - All Alone.

Blogger template 'Fundamental' by Ourblogtemplates.com 2008.

Jump to TOP

Blogger templates by OurBlogTemplates.com