Monday, December 28, 2009

Screenshot 12 2009

Saturday, March 28, 2009

Screenshot 03 2009


OS : Arch Linux
DE : XFCE
Apps : GPicView, Wbar, Conky.
GTK 2.x Theme : Canus.

Thursday, February 05, 2009

Screenshot 02 2009


OS : Arch Linux
WM : Openbox
Apps : Tint2, Conky, Sonata, Mirage.

Tuesday, January 13, 2009

Definisi Up2Date Ubuntu dan ArchLinux

Masih segar diingatan saya ketika saya baru aja menggunakan Intrepid Ibex, Ngodod mengatakan bahwa ia akan tetap berHardy Heron karena Hardy LTS yang berarti lebih stabil. Saya lebih memilih Intrepid Ibex karena lebih baru yang berarti lebih kaya fitur.

Dalam setahun Ubuntu akan mengeluarkan dua kali stable release di bulan April dan Oktober. Tiap release itu akan didukung update dan securitynya selama 1,5 tahun. Khusus edisi LTS (Long Term Support) akan didukung selama 3 tahun untuk versi desktop dan 5 tahun untuk versi server.

Proses update Ubuntu sangatlah mudah. Pertama kita membandingkan versi (sinkronisasi) aplikasi yang sudah kita install dengan aplikasi yang ada di repository Ubuntu dengan perintah "apt-get update". Jika ada aplikasi direpository yang lebih baru dari versi yang sudah kita install, kita bisa mengupgradenya dengan perintah, "apt-get upgrade".

Ritual "apt-get update" dan "apt-get upgrade" ini selalu saya lakukan setiap hari di waktu pagi agar Ubuntu selalu up2date. Dan ya, saya merasa up2date setelah ritual ini selesai. Dan rasa up2date itu hancur ketika saya mulai mengenal ArchLinux. Dibandingkan dengan ArchLinux, update yang dilakukan Ubuntu adalah update semu belaka.

Kok bisa ???
Ya bisalah.

Saat menggunakan Intrepid Ibex, dia menggunakan package kernel "linux-image-2.6.27-7-generic_2.6.27-7.16_i386.deb". Dari nama package linux-image-2.6.27-7-generic_2.6.27-7.16_i386.deb, setidaknya kita bisa mengetahui bahwa :
Nama package : linux-image
Versi package : 2.6.27
Revisi package : 7
yang maksudnya bahwa package kernel yang digunakan Intrepid Ibex adalah kernel versi 2.6.27 yang sudah dimodifikasi oleh developer Ubuntu sampai versi 7.

3 minggu yang lalu, saat saya menggunakan Intreid Ibex versi kernel sudah berubah dari :
linux-image-2.6.27-7-generic_2.6.27-7.16_i386.deb menjadi
linux-image-2.6.27-9-generic_2.6.27-9.19_i386.deb.

Terlihat kan bahwa sekeras apapun saya berusaha mengupdate Ubuntu, yang akan saya dapatkan adalah update versi developer Ubuntu (update package) bukan update versi developer software. Jika pada saatnya nanti ada kernel versi baru, versi 2.6.28 misalnya, nih kernel ga akan ada di Intreid Ibex dengan ritual update tadi. Kernel 2.6.28 untuk Ubuntu versi selanjutnya dari Intrepid Ibex, bukan Intreid Ibex. Ini yang saya sebut dengan update semu.

Gimana dengan ArchLinux? Apakah dia ga pake update semu?
Ya, ArchLinux juga menggunakan update semu dan yang lebih penting, ArchLinux juga menggunakan update dalam arti update yang sesungguhnya.

Iso installer ArchLinux yang terbaru, dirilis Juli 2008, menggunakan kernel versi 2.6.25. Begitu selesai install dan kita melakukan ritual update, ArchLinux meminta kita untuk mengupdate kernel dari versi 2.6.25 ke 2.6.27. Saat ini kernel linux sudah sampai versi 2.6.28 yang mendukung ext4. ArchLinux sudah punya kernel 2.6.28 di repositorynya meski masih versi [Testing]. Paling telat, bulan ini tuh kernel 2.6.28 akan resmi keluar untuk user ArchLinux. Bagaimana dengan Ubuntu? Tunggu Jaunty di bulan April.

Di dunia ArchLinux, kernel aja bisa diupdate, apalagi hanya sekedar software biasa semacam firefox atau apapun itu. Point saya di sini, kenapa kok distro yang lain ga berpikiran sama dengan ArchLinux? Terlalu sulitkah untuk update versi software bukan versi developer distro?

ArchLinux menyebut ritual updatenya dengan nama "rolling releases". Lha enaknya apa dengan "rolling releases"nya ArchLinux?
Pertama, Anda hanya perlu install ArchLinux sekali seumur hidup. Setelah terinstall, Anda ga perlu nunggu 6 bulan atau 3 tahun untuk merasakan ArchLinux yang terbaru. Asal ritual update Anda lakukan, berarti ArchLinux Anda adalah versi terbaru yang sama dengan versi yang saya gunakan dan tentunya sama dengan ArchLinux yang digunakan user lain dibelahan dunia. Setidaknya kejadian perang antara saya dan Ngodod di atas ga perlu terjadi.

Analoginya seperti ini.
Saya pake Ubuntu.
Ubuntu apa?
Gutsy Gibbon?? Hardy Heron?? Intrepid Ibex??

Saya pake ArchLinux.
ArchLinux apa?
ArchLinux yang sama dengan yang Anda pakai. ArchLinux yang sama dengan ArchLinux yang digunakan user ArchLinux lain di dunia ini maupun planet lainnya :D

Kedua, hemat bandwidth. Sebagai contoh, kernel tuh besarnya 22 Mb. Dengan Ubuntu, 22 Mb hanya akan membawa ritual update ke perubahan versi developer distro. Dengan ArchLinux 22 Mb akan membawa perubahan versi developer software dan distro.

Dan tentu Anda ga perlu download software dengan versi yang sama hanya karena versi distro naik. Saat ini saya masih nyimpen repository local untuk Ubuntu Hardy Heron maupun Intrepid Ibex. Padahal beberapa softare versinya sama. Hanya karena ganti versi distro, maka saya harus download ulang tuh software. ArchLinux??? Ga perlu.

Terus gimana Bang??
Lha ya langsung aja hapus tuh Ubuntu dan ganti dengan ArchLinux :D
Sorry bercanda.

Sekarang terserah Anda, mau pake Ubuntu atau ArchLinux itu ga mengapa asal bukan Windows :D Pake Windows sebenarnya ga pa-pa kok, asal ga mbajak.

Harapan saya sih, semoga Anda demam setelah membaca postingan saya ini dan langsung menggunakan ArchLinux, seperti saat saya pertama kali mengetahui fakta ini.

Kenapa kok ngotot banget nyebarin ArchLinux Bang?
Karena ArchLinux bagus. Saya ngotot karena rasanya senang banget pake ArchLinux. Dan saya ingin orang lain bisa merasakan rasa senang ini.

Berarti sekarang Anda anti Ubuntu Kang?
Tentu tidak, Ubuntu is good. Saya masih menggunakan LiveCD Ubuntu untuk memperkecil partisi NTFS sisa Windows yang mau disumbangkan ke ArchLinux. Saya juga sering ngambil source kode aplikasi yang mau saya kompile sendiri dari packages.ubuntu.com. Cuman ya tadi, fakta harus disebarkan, ilmu dan rasa senang harus dibagi.

See U Soon.

Linkin Park - Qwerty (Studio Version)

Saturday, January 03, 2009

Road to ArchLinux

Saya mulai menggunakan Ubuntu sejak Feisty Fawn sampai yang terakhir, Intrepid Ibex. Ubuntu is good. Repository ada di mana-mana, forumnya siap memberikan semua solusi, dan hampir semua package yang saya perlukan ada di repositorinya. Saya merasa dimanjakan olehnya.

Ubuntu (dan beberapa distro besar lainnya) secara resmi menggeluarkan release 6 bulan sekali. Ini jelas lebih baik dari Windows yang 5 tahun sekali :D Release mereka yang terakhir, Intrepid Ibex begitu memberikan banyak kemajuan, baik yang terlihat mata maupun tidak. Saya puas dengan Intrepid Ibex. Dunia Ubuntu akan maju pesat jika setiap release mereka akan seperti Intrepid Ibex, banyak inovasi.

Sekitar 2 Bulan sebelum release, Ubuntu akan membekukan semua package di repositorynya. Tujuannya, menurut saya, untuk alasan kestabilan. Jadi misalkan pada saat dibekukan ada package conky versi 1.6.1 dan sebulan setelah dibekukan (atau 1 bulan sebelum release) conky mengeluarkan versi baru, Ubuntu tidak akan menyertakannya karena conky yang baru belum dibuktikan kestabilannya oleh developer Ubuntu.

Jadi kita ga bisa mengupgrade conky? Bisa lah. Cara pertama coba cari di getdeb.net atau PPA atau tanya Om Google. Cara kedua, tentu saja, kompile sendiri.

Birokrasi yang menyebabkan tidak up to datenya package ini membuat sakit hati saya. Contoh terbesar kemarin adalah OpenOffice3. Gara-gara OpenOffice3 mundur release melebihi masa pembekuan Intrepid Ibex tapi sebelum Intrepid Ibex release, maka dia ga ada di Intrepid Ibex. Meski pada akhirnya saya bisa menggunakan OpenOffice3 di Intrepid Ibex, tapi terasa tidak Official (the Ubuntu Way) karena package yang saya dapat bukan resmi dari repository Ubuntu.

Yang paling membikin saya sakit hati adalah ketika para pengguna Windows bisa menggunakan software OpenSource yang up2date lebih cepat dari kita, para pengguna Linux yang notabene juga OpenSource. Pidgin keluar baru, pengguna Windows bisa up2date, pengguna Ubuntu nunggu release terbaru atau kompile sendiri. OpenOffice keluar baru, pengguna Windows bisa up2date, pengguna Ubuntu nunggu release terbaru atau kompile sendiri. Hate it !!!!

Software OpenSource itu milik kita (pengguna Linux). Tapi kenapa kita kalah Up2date dengan Windows??? Hate it More !!!!

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Saat-saat terakhir berIntrepid Ibex, saya tergila-gila dengan OpenBox. Mencermati ScreenShot OpenBox, saya sering banget ngelihat ArchLinux. ArchLinux ??? Distro apa lagi nih??

Saya sebenarnya orang yang statis. Bagi saya Ubuntu sudah cukup. OpenSuse pingin nyoba belum kesampaian dan sekarang dah ga pingin. Slackware pernah berhasil nginstall sekarang ga dipake karena "terasa bukan untuk saya". PCLinuxOS pernah nyoba tapi saya tinggal karena komunitasnya bagi saya terlalu "Anti Ubuntu". gOS, saya suka dia tapi HD laptop ga cukup untuk dual boot. Mandriva, sudah kalah ma Ubuntu :D Fedora, dari awal saya ga suka Red Hat :D CentOS, sukses install dan sekarang space HD dipake Slackware.

Pesimistis saya bilang, "nih ArchLinux pasti sama aja dengan distro-distro lainnya. Ujung-ujungnya Ubuntu tetap jaya". Dan ternyata tidak.

Baca sana, baca sini, kesimpulannya ArchLinux adalah distro yang saya cari. ArchLinux distro yang beranggapan bahwa developer software (bukan developer distro) sudah cukup cerdas dengan software yang mereka ciptakan. Jadi ga perlu lagi developer distro "mempertanyakan kestabilan" software atau pun mempatchnya. Developer software mengeluarkan release terbaru, ArchLinux langsung menggunakan itu tanpa menunggu 6 bulan. Ini yang saya cari, komunitas OpenSource berhak menggunakan software OpenSource se"up2date" mungkin.

Terus apa lagi kehebatan ArchLinux ?
Tunggu minggu depan.
Saya mo rapat dulu.

Update. ScreenShot yang diminta Kang Endar.
ArchLinux with OpenBox, Tint, and Conky.


See U Soon.

I Just Wanna Rock - Joe Satriani

Blogger template 'Fundamental' by Ourblogtemplates.com 2008.

Jump to TOP

Blogger templates by OurBlogTemplates.com